;
Showing posts with label ANALISIS. Show all posts
Showing posts with label ANALISIS. Show all posts

Sunday, 17 March 2013

Atas Desakan Ikhwanul Muslimin, Mesir Menjadi Negara Pertama Mengakui Kemerdekaan Indonesia

Sunday, 17 March 2013

Oleh: AGUNG PRIBADI (Historivator)
Sebelum tanggal 22 MARET 1946 Indonesia selalu diklaim Belanda sebagai masalah dalam negeri negara penjajah itu. Belanda tetap mengklaim Indonesia sebagai wilayah jajahannya.

Sebelum 22 MARET 1946 belum lengkap syarat negara Indonesia secara de jure walaupun secara de facto Indonesia sudah berdiri sejak 17 Agustus 1945.

Sebelum 22 MARET 1946, negara-negara di luar Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak mau ikut campur urusan Indonesia karena dianggap sebagai masalah dalam negeri Belanda.
Sebelum 22 MARET 1946, dunia internasional belum mau mengurusi masalah Indonesia walaupun terjadi peperangan di Indonesia dan banyak korban jiwa.

Sebelum 22 MARET 1946, delegasi Indonesia seperti Sutan Sjahrir, Haji Agus Salim, Soedjatmoko, LN Palar, tidak boleh masuk ke Sidang Majelis Umum PBB.
Apa yang terjadi pada 22 Maret 1946? Itu adalah tanggal ketika ada sebuah negara mengakui kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya. Negara itu adalah Mesir. Bahkan setahun sebelum kemerdekaan diproklamirkan, Palestina, melalui Mufti Besarnya, Syaikh Muhammad Amin Al-Husaini sudah menyatakan dukungannya untuk Indonesia.

Pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ dari Syaikh Amin Al-Husaini ke seluruh dunia Islam untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.

Sejak Mesir dan Palestina mengakui dan mendukung kemerdekaan Indonesia, negara-negara di Timur Tengah berduyun-duyun mengakui kemerdekaan Indonesia. Bukan hanya itu, India pun kemudian mengikuti langkah Mesir dan Palestina.

Selain kepiawaian Haji Agus Salim untuk melobi negara-negara Timur Tengah, juga karena dukungan dari gerakan-gerakan Islam di Timur Tengah pada umumnya dan Mesir pada khususnya.

Berawal dari Mansur Abu Makarim, seorang informan Indonesia yang bekerja di Kedutaan Belanda di Kairo,  Mesir yang membaca di Majalah Vrij Netherland yang memberitakan bahwa Negara Indonesia sudah memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian memberitahukannya kepada koran-koran dan radio di Mesir.
Rakyat Mesir dan anggota-anggota organisasi Islam menyambut gembira. Koran-koran dan radio Mesir mengatakan bahwa ini adalah awal kebangkitan di dunia Islam. Juga dinyatakan ini adalah awal dari kemerdekaan negara-negara di dunia Islam untuk terbebas dari belenggu penjajahan negara-negara Barat.

Pada 16 Oktober 1945 sejumlah ulama di Mesir dan Dunia Arab dengan inisiatif sendiri membentuk ‘Lajnatud Difa’i'an Indonesia’ (Panitia Pembela Indonesia). Ikhwanul Muslimin yang berpusat di Mesir dan dipimpin oleh Hasan Al Banna saat itu menjadi unsur utama gerakan ini.

Sejak itu Ikhwanul Muslimin sering mengadakan demo besar-besaran mendesak pemerintah Mesir untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Para kelasi kapal yang bekerja di kapal-kapal Inggris banyak yang melakukan pemogokan bahkan berhenti bekerja dan mengajukan tuntutan kepada pemerintah Inggris supaya berhenti membantu Belanda.
Bahkan ada mahasiswa Indonesia yaitu Mohammad Zein Hassan yang bekerja di kapal Inggris di Tunisia, berhenti bekerja di kapal Inggris itu dan berjalan kaki dari Tunisia ke Mesir.

Ketika ditanya kenapa ia berjalan kaki sejauh itu, Zein Hassan menjawab, “Seluruh perusahaan transportasi dari Tunisia ke Mesir adalah milik Inggris dan ulama-ulama di Mesir mengharamkan bekerjasama dengan Inggris yang membantu Belanda menghalang-halangi kemerdekaan Indonesia!”

Saat itu Ikhwanul Muslimin juga membuka ruang seluas-luasnya bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Mesir untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di koran-koran dan majalah milik Ikhwan.

Ketika terjadi pertempuran Surabaya 10 November 1945 dan banyak koran Indonesia memberitakan, Ikhwanul Muslimin dan gerakan Islam lainnya mengadakan shalat ghaib berjamaah di banyak tempat di Mesir.

Atas desakan ikhwanul Muslimin dan gerakan Islam lainnya akhirnya Negara Mesir di bawah pimpinan Raja Farouk ketika itu mengakui kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946. Setelah itu pemerintah Mesir mengirimkan utusan khususnya yang membawa surat pengakuan itu untuk menemui Presiden Soekarno di ibukota RI, Yogyakarta.
Ini adalah perjuangan berat karena saat itu Indonesia diblokade Belanda. Perlu keberanian dan keterampilan khusus seperti John Lie untuk menembus blokade Belanda (lihat tulisan penulis di http://sejarah.kompasiana.com/2011/02/04/pahlawan-nasional-dari-etnis-tionghoa-refleksi-imlek-2011/).

Ketika Belanda melakukan agresi militer pertama pada 1947, para buruh anggota Ikhwanul Muslimin sering mencegat kapal-kapal Belanda di Terusan Suez yang saat itu dinyatakan milik internasional.

Ketika kapal Belanda Volendam mendarat di Port Said, beberapa motor boat yang dikendarai buruh pelabuhan dan anggota-anggota Ikhwanul Muslimin, mengelilingi kapal itu dan mencegah kapal-kapal lain mendekat dan menyuplai air minum untuk kapal Belanda tersebut.

Pemerintah Mesir juga menyalurkan bantuan lunak berupa uang kepada pemerintahan Indonesia yang kas-nya masih kosong. Sungguh sebuah bantuan yang sangat berarti. Hal ini kemudian diikuti oleh negara-negara Timur Tengah lainnya.
Jadi Peran Mesir yang dipelopori oleh Ikhwanul Muslimin sangatlah besar dan berarti buat Indonesia. Maka, sangatlah wajar kalau pemerintah dan rakyat Indonesia saat ini membantu Mesir dan Palestina dalam menyelesaikan masalah mereka karena hubungan historis yang sangat kuat. Di Mesir juga ada Jalan Ahmad Soekarno yang diambil dari nama Presiden Pertama Republik Indonesia. (salam-online)

SEGARKAN MATA - 00:18

Saturday, 16 March 2013

Benarkah Vatikan Yang Pertama Kali Mengakui Kemerdekaan Indonesia?

Saturday, 16 March 2013

BASUKI Tjahaja Purnama atau biasa dipanggil Ahok, Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Joko Widodo (Jokowi) ketika menerima kedatangan Duta Besar Vatikan Antonio Guido Filipazzi Jumat (15/3/2013) mengatakan, bahwa  ”Vatikan itu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia,” seperti dikutip dari Liputan6.

Benarkah demikian?

Berbagai sumber di internet ataupun buku menyebutkan bahwa pengakuan kedaulatan Indonesia pertama kali bukanlah dilakukan oleh negara-negara Barat, yang sering mengklaim dirinya sebagai promotor kebebasan dan jaminan HAM. Perjuangan kemerdekaan Indonesia dibantu oleh negara-negara muslim di Arab secara heroik tidak lain karena faktor Islam. Adanya kedekatan emosional (ukhuwah Islamiyyah) antara bangsa Indonesia yang tengah memperjuangkan kemerdekaannya dengan bangsa-bangsa Arab.

Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari kedekatan emosional tokoh-tokoh nasional seperti, M. Natsir, Sutan Syahrir, H. Agus Salim dll dengan tokoh-tokoh pergerakkan Islam di Mesir seperti Hasan Albana dengan gerakkan Ikhwanul Muslimin yang juga turut memperjuangkan kemerdekaan bumi-bumi Islam yang lainnya.

Negara-negara yang tercatat sebagai pemberi pengakuan pertama kepada RI selain Mesir adalah Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan. Selain negara-negara tersebut Liga Arab (Arab League) juga berperan penting dalam Pengakuan RI. Secara resmi keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab (Arab League) supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Alasan Liga Arab memberikan dukungan kepada Indonesia merdeka didasarkan pada ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan.

Dukungan dari Liga Arab dijawab oleh Presiden Soekarno dengan menyatakan bahwa antara negara-negara Arab dan Indonesia sudah lama terjalin hubungan yang kekal “karena di antara kita timbal balik terdapat pertalian agama”. Sementara pernyataan Sutan Syahrir atas dukungan negara-negara Arab yang diungkapkan di Harian Ikhwanul Muslimin, Mesir pada 5 Oktober 1947 … “Adalah suatu kenyataan adanya kecenderungan mengembang dalam ummat Islam di dunia ke arah persatuan dan peleburan dalam satu persudaraan Islam yang bertujuan memutuskan rantai-rantai penjajahan asing … Indonesia menyokong Pakistan sepenuhnya. Indonesia negeri Islam dan akan berjuang di barisan kaum Muslimin.”

Pengakuan Mesir dan negara-negara Arab tersebut melewati proses yang cukup panjang dan heroic. Begitu informasi proklamasi kemerdekaan RI disebarkan ke seluruh dunia, pemerintah Mesir mengirim langsung konsul Jenderalnya di Bombay yang bernama Mohammad Abdul Mun’im ke Yogyakarta (waktu itu Ibukota RI) dengan menembus blokade Belanda untuk menyampaikan dokumen resmi pengakuan Mesir kepada Negara Republik Indonesia. Ini merupakan pertama kali dalam sejarah perutusan suatu negara datang sendiri menyampaikan pengakuan negaranya kepada negara lain yang terkepung dengan mempertaruhkan jiwanya. Ini juga merupakan Utusan resmi luar negeri pertama yang mengunjungi ibukota RI.

Pengakuan dari Mesir tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan Indonesia – Mesir di Kairo. Situasi menjelang penandatanganan perjanjian tersebut duta besar Belanda di Mesir ”menyerbu’ masuk ke ruang kerja Perdana Menteri Mesir Nokrasi Pasha untuk mengajukan protes sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Kedatangan Duta besar Belanda bertujuan mengingatkan Mesir tentang hubungan ekonomi Mesir dan Belanda serta janji dukungan Belanda terhadap Mesir dalam masalah Palestina di PBB. Menanggapi protes dan ancaman Belanda tersebut PM Mesir memberikan jawaban sebagai berikut: ”menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan”. Raja Farouk Mesir juga menyampaikan alasan dukungan Mesir dan Liga Arsb kepada Indonesia dengan mengatakan ”karena persaudaran Islamlah, terutama, kami membantu dan mendorong Liga Arab untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan mengakui kedaulatan negara itu”.

Dengan adanya pengakuan Mesir tersebut Indonesia secara de jure adalah negara berdaulat. Masalah Indonesia menjadi masalah Internasional. Belanda sebelumnya selalu mengatakan masalah Indonesia “masalah dalam negeri Belanda”. Pengakuan Mesir dan Liga Arab mengundang keterlibatan pihak lain termasuk PBB dalam penyelesaian masalah Indonesia.

Suatu kondisi yang patut kita kritisi selang beberapa tahun dari kemerdekaan Indonesia, Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948 pada pukul 18.01. Sepuluh menit kemudian, pada pukul 18.11, Amerika Serikat langsung mengakuinya. Pengakuan atas Israel juga dinyatakan segera oleh Inggris, Prancis dan Uni Soviet. Seharusnya hal yang sama bisa saja dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet untuk mengakui kemerdekaan Indonesia pada saat itu.

Tetapi hal tersebut tidak terjadi, justru negara-negara Muslim lah yang berkontribusi konkret dalam mengakui dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Buktinya pada 11 November 1945 melalui pidato dari radio Delhi, Jinnah menginstruksikan agar tentara India Muslim tidak ikut bertempur melawan pejuang Indonesia. Akibatnya, empat hari kemudian, 400 orang tentara India Muslim melakukan disersi. Di Surabaya disersi itu melibatkan Kapten Mohammad Zia Ul-Haqq yang belakangan menjadi Presiden Pakistan. Pada 8 November itu juga Masyumi menghubungi Raja Ibnu Suud dan memohon agar beliau memaklumkan kemerdekaan Indonesia kepada jama’ah haji yang sedang wuquf di Padang Arafah dan meminta agar jama’ah haji mendoakan perjuangan bangsa Indonesia.

Simpati rakyat Mesir terhadap perjuangan di Indonesia antara lain juga diperlihatkan pada rapat umum partai-partai politik dan organisasi massa pada 30 Juli 1947, di antara pembicara bahkan terdapat (Presiden) Habib Burguiba dari Tunisia dan Allal A Fassi, pemimpin Maroko. Rapat umum itu menyetujui satu resolusi. Antara lain: (1). Pemboikotan barang-barang buatan Belanda di seluruh negara-negara Arab; (2). Pemutusan hub diplomatik antara negara-negara Arab dan Belanda. (3). Penutupan pelabuhan-pelabuhan dan lapangan-lapangan terbang di wilayah Arab terhadap kapal-kapal dan pesawat-pesawat Belanda (secara konkret poin ini dilaksanakan di Terusan Suez); (3). Pembentukan tim-tim kesehatan untuk menolong korban-korban agresi Belanda (secara konkret Mesir mengirim misi Bulan Merah ke Indonesia lengkap dengan obat, alat kesehatan dan tim dokter).

Setiap aksi Belanda di tanah air kita yang mengancam kemerdekaan Indonesia disambut dengan demonstrasi-demonstrasi anti Belanda di negara-negara Timur Tengah. Mengingat perjalanan sejarah tersebut, adalah suatu keharusan bangsa dan negara Indonesia berperan aktif dalam menyelesaian krisis di Palestina, Libanon dan negara-negara Islam lainnya khususnya di Timur Tengah. Karena ternyata Indonesia mendapatkan pengakuan internasional karena berhasil meng-image-kan diri sebagai negara berdasarkan ajaran Islam. Oleh karena itu, adalah hal yang wajar ummat Islam di Indonesia mendapatkan akomodasi lebih baik dari negara saat ini karena bangsa ini dimerdekakan oleh semangat ukhuwah Islamiyyah dari negara-negara muslim

Sedangkan Vatikan baru mengakui kemerdekaan Indonesia satu bulan setelah pengakuan oleh Mesir tersebut. Yakni, pada 6 Juli 1947 ditandai dengan pembukaan kedutaan yang disebut “Apostolic Delegate” dan menugaskan Georges-Marie-Joseph – Hubert-Ghislain de Jonghe d’Ardoye, M.E.P sebagai Duta Besar Vatikan pertama di Jakarta untuk masa 1947 hingga 1955.(islampos)

SEGARKAN MATA - 23:45

Tuesday, 12 March 2013

PKS Spring

Tuesday, 12 March 2013

 Oleh : Rusmin Bintis?Kompasiana

Kesuksesan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam mendulang suara rakyat di tengah badai kini telah usai. Ultimatum Anis Matta saat konsolidasi kader PKS se-Jakarta, Sabtu 9 Maret 2013 menyebutkan bahwa sekarang “PKS dalam tahap take off,”. Telah siap terbang tinggi merampaui batas samudra badai. Fitnah yang ditujukan kepada mantan presiden PKS yaitu LHI tidak membuat para kader se- Indonesia bergeming, barisan tetap rapi dan semakin solid.


Para pengamat politik dan kaum intelektual tentu menganggap peristiwa kemenangan Aher – Demiz di Jawa Barat dan Gatot – Erry di Sumatera Utara sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih bukan hal yang kebetulan. Musim semi yang terjadi pada PKS belakangan ini merupakan cambuk bagi pelaku rekayasa politik yang menghalalkan berbagai cara untuk sebuah kedudukan. Bahwa tidak selamanya uang dapat membeli segalanya. Bahasa humanis, sisi- sisi kemanusiaan tidak dapat dibeli dengan materi. Walaupun Gatot Pujo Nugroho merupakan cagub termiskin dari para kandidat lain, namun figur beliau yang incumbent mampu menggaet hati masyarakat.

Menjelang pileg dan pilpres 2014, para partai politik semakin gencar mempromosikan produk yang ditawarkan. Sebagian bergerak hanya dengan kata-kata, sebagian lagi dengan karya nyata. Sebagian yang lainnya dengan kata dan karya. Black campaign terhadap saingan partai politik menunjukkan ketidakdewasaan para politikus negeri ini. Ibarat berulang kali masuk di jurang yang sama, secara bersama pula masyarakat mulai cerdas memilih. Tahun 2014 merupakan penentu, persaingan politik yang semakin alot. Eksistensi figur yang akan dinaikkan mulai merambah dan perlahan mendulang simpati rakyat.

Sepanjang sejarah kemenangan pileg dan pilpres di Indonesia, reting kepercayaan masyarakat kian tahun- kian melemah. Golput seolah menjadi kewajaran, keacuhan para pemimpin terhadap nasib rakyat juga berefect pada keacuhan rakyat enggan berpartisipasi dalam pemilihan. “Untuk apa pilih si pulan kalau hidup kami tetap seperti ini”, begitulah demam rakyat. Yang pasti, sederet 10 parpol yang terpilih verifikasi untuk mengikuti pileg dan pilpres 2014, masih ada mutiara di tengah gundukan sampah.

Kekuatan Figur dan Partai Politik

Pada awal tahun 2013 yang lalu, tayangan mata Najwa pernah menghadirkan beberapa publik figur yang dianggap kapabel dinjadikan calon presiden 2014. Figur yang dihadirkan dalam diskusi ringan tersebut bersifat independen non partai. Diantaranya ada Dahlan Iskandar, Jusuf Kalla dan Abraham Samad. Seiring waktu, nama Jokowi juga mulai familiar mewakili PDIP. Prabowo Sugiarto dari partai Gerindra, Abu Rizal Bakri dari Golkar. Pasca diangkat presiden PKS yang baru yaitu Anis Matta, gaungnya juga semakin menyedot perhatian masyarakat.

Partai politik sangat menentukan kesuksesan figur yang dinaikkan sebagai pemimpin. Pasang surut citra parpol diiingi dengan kinerja yang selama ini dilakukan. Selain demokrat yang semakin terpuruk membenahi kepercayaan masyarakat terhadap berbagai kasus korupsi yang melanda, juga tampil partai baru yaitu Nasdem. Tua atau mudanya sebuah parpol pada hakikatnya belum bisa sepenuhnya menjamin jiwa kepahlawanan yang dimiliki para kader partai.

Antara partai dan figur keduanya saling beriringan. Faktor pemersatu diantara keduanya adalah sebuah ideologi. Latar belakang pemikiran sebuah gerakan partai sangat menentukan arah mau dibawa kemana negeri ini. Jika ideologi yang diusung hanya mewakili satu sisi kehidupan, maka sulit untuk diterima khalayak ramai. Semakin mengakar pelayanan yang diberikan oleh setiap parpol dari setiap sendi kehidupan, maka seluruh lapisan masyarakat secara tidak langsung akan menilai dan menemukan yang terbaik dan layak memimpin negeri.

Ambulance gratis yang kali pertama diprakarsai oleh PKS lalu diikuti oleh parpol yang lain. Tidak hanya sisi kesehatan, dunia pendidikan, ekonomi dan sosial masyarakat perlu disentuh oleh semua parpol yang ingin meng -goal -kan kandidat yang dinaikkan. Akankah spring yang dialami PKS sekarang akan tetap bertahan hingga pileg dan pilpres 2014 mendatang? Benarkah ultimatum Anis Matta bahwa PKS kini sedang take off? Mari kawal terus percatuan politik negeri!

SEGARKAN MATA - 19:43

Sunday, 10 March 2013

MEMBACA AKSI-AKSI MENEGANGKAN PKS: MERUBAH KELEMAHAN MENJADI KEKUATAN

Sunday, 10 March 2013

Oleh : Ahmad Ahid/Kompasiana

Prediksi para pengamat politik terhadap elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) antara medio 2012 hingga awal 2013 menunjukkan penurunan yang tajam. Hal ini dikuatkan oleh survei yang diadakan oleh lembaga-lembaga survei Indonesia yang menyatakan bahwa ada dua partai yang mengalami terjun bebas; Partai Demokrat (PD) yang hanya mendapatkan 8 % dan PKS yang turun pada angka 2,8 %. Fenomena ini dimanfaatkan oleh media untuk semakin memastikan bahwa kedua partai tersebut mulai ditinggalkan konstituennya.
Faktor utama yang menyebabkan turunnya elektabilitas kedua partai tersebut adalah keterlibatan sejumlah elit politik dalam masalah korupsi. Pada kasus PD, beberapa elitnya kesandung korupsi mega proyek Hambalang, sebut saja Nazaruddin, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng dan terakhir Ketua Umum PD Anas Urbaningrum yang mengundurkan diri dari jabatan ketua umum setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Pada kasus PKS, Presiden Partai Luthfi Hasan Ishaq (LHI) ditahan oleh KPK karena diduga menerima suap kuota impor daging sapi, meskipun peristiwa penetapannya sebagai tersangka dan penahanannya menyimpan banyak keganjilan.

Di samping masalah korupsi, analisis para pengamat politik didasarkan pada kekalahan PKS pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 yang hanya mendapatkan 11 % suara -padahal sudah menurunkan tokoh nasional Hidayat Nur Wahid, jauh dari perolehan suara pada Pemilukada sebelumnya tahun 2007, yaitu 44 %. Tren menurunnya perolehan suara PKS pada Pemilukada terakhir diprediksikan oleh para pengamat bahwa PKS akan semakin terpuruk menghadapi Pemilu tahun 2014 mendatang, sebab DKI Jakarta adalah barometer eksistensi dan elektabilitas sebuah partai politik. Bahkan sebagian pengamat memprediksikan PKS tidak mampu mencapai batas electoral threshold 3,5 %, artinya PKS akan tidak bisa ikut Pemilu, bisa jadi bubar dan tidak ada lagi kelanjutan sejarah partai fenomenal ini atau kembali kepada habibat semula; menjadi gerakan sosial.

Prediksi ini semakin menguat dengan ditangkapnya LHI pada tanggal 30/1/2013 sebagai tersangka kasus suap impor daging sapi. Publik semakin tidak percaya dengan PKS, juga kader pun semakin goyah karena peristiwa ini. Sebagian kader bahkan malu keluar rumah saat berita ini booming di media. Badai Tsunami benar-benar meluluhlantakkan bangunan perjuangan PKS. Apakah PKS tinggal namanya saja?

Terjadi banyak peristiwa yang menegangkan dalam waktu yang sangat cepat pada hari-hari setelah peristiwa ini terjadi. LHI mengundurkan diri dari jabatan presiden partai dan dari anggota DPR RI dengan sambutan yang dipahami oleh publik bahkan kader, antara tidak percaya, mencemooh atau tuduhan kemunafikan; memakai baju agama untuk melakukan tindak korupsi dan aroma prostitusi.

Selang satu hari setelah itu, tepatnya hari Jum’at, 1/2/2013, Dewan Syuro melakukan rapat untuk menyikapi peristiwa ini dan mengangkat presiden baru PKS pasca kemunduran LHI. Publik dan kader pun dibuat tegang, bertanya-tanya siapakah pengganti LHI dan apakah presiden yang baru mampu memulihkan kondisi PKS setelah diterjang badai Tsunami?

Pemilihan presiden partai kali ini memang paling berbeda dari pemilihan-pemilihan sebelumnya. Pemilihan kali ini terjadi pada kondisi krisis dan kritis, sementara pemilihan sebelumnya berjalan mulus pada setiap akhir periode kepemimpinan. Ada dua kemungkinan efek dari pengangkatan pemimpin partai di saat krisis dan kritis; mampu untuk bangkit dari krisis atau semakin bertambah kritis.

Penantian pengumuman presiden partai juga merupakan detik-detik yang sangat menegangkan. Seluruh mata media, kader, simpatisan dan publik tidak beralih menyaksikan live pengumuman Dewan Syuro PKS, statemen dan langkah-langkah politik yang akan diambil. Kondisi semakin tegang karena waktu pengumuman yang seyogyanya disampikan pada pukul 13.00, akhirnya molor hingga pukul 14.00. Kondisi bertambah tegang, ketika Ketua Dewan Syuro mengumumkan nama pengganti LHI, sebab telah beredar dua nama kandidat presiden partai baru, yaitu Hidayat Nur Wahid (kader terbaik PKS, mantan presiden partai) dan Anis Matta (sekjen partai sejak PK hingga PKS). Pendapat para pengamat lebih banyak tertuju kepada Hidayat Nur Wahid yang telah terbukti mampu menaikkan suara PKS secara drastis pada Pemilu 2004 dengan perolehan suara 7% dari sebelumnya, Pemilu pertama yang diikuti tahun 1999 sebesar 1.7% dan diharapkan mampu menyelamatkan PKS. Namun pendapat pengamat politik meleset. Nama yang disebut oleh Ketua Dewan Syuro sebagai pengganti LHI adalah Anis Matta, bukan Hidayat Nur Wahid.

Kondisi tegang kembali terjadi, ketika Presiden baru PKS Anis Matta menyampikan orasi politiknya. Dada ini bergemuruh, ingin meledak melawan konspirasi terhadap PKS, muncul semangat kebangkitan saat Presiden mengungkapkan, “Peristiwa besar ini akan menjadi hentakan sejarah yang membangunkan macan tidur PKS”, “Hari ini berlaku ayat Allah SWT (pinggang mereka tidak bersahabat dengan tempat tidur, QS. As-Sajdah:16)” yang disambut teriakan, gemuruh takbir dan tangis semangat perjuangan di kantor DPP PKS dan di setiap rumah kader yang menyaksikan orasi live ini.

Setelah diangkatnya menjadi presiden partai, Anis Matta langsung mengadakan road konsolidasi maraton ke seluruh daerah dakwah; Bandung, Medan, Yogyakarta, Surabaya, Makasar dan Bali. Betul-betul aksi yang menegangkan. Di setiap acara konsolidasi, peserta yang hadir tumpah ruah sampai ke jalan-jalan, tidak hanya kader dan simpatisan, masyarakat umum pun tertarik ingin hadir mendengarkan orasi politik “Soekarno Muda” yang menggelegar dan membakar semangat itu. Efek “Soekarno Muda” semakin terasa dan berdenyut di berbagai daerah, mengusik keingintahuan masyarakat tentang apa yang sedang terjadai pada PKS. Ujungnya, justeru mereka minta bergabung menjadi anggota PKS, tidak hanya muslim, masyarakat non-muslim pun memberi dukungan dan daftar ke PKS.

Tidak lama setelah melakukan konsolidasi, PKS dihadapkan pada Pemilukada Jawa Barat yang mengusung kadernya, Ahmad Heryawan berpasangan dengan Dedy Mizwar. Sebuah tantangan yang menegangkan, akankah PKS mampu memenangkan pertarungan politik ataukah tergerus oleh badai Tsunami Jakarta? Di samping itu, persaingan politik untuk menduduki kursi gubernur Jawa Barat sangat ketat dan sama-sama kuat, terutama pesaing pasangan Dede Yusuf-Lex Laksamana dan Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki. Namun alhasil, quick count lembaga survei dan real count KPUD ternyata mengunggulkan pasangan Ahmad Heryawan-Dedy Mizwar dengan perolehan suara 32.8%.

Kemenangan PKS di Jawa Barat sangat diharapkan menyebar auranya di Pemilukada Sumatera Utara yang mengusung pasangan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi. Dan ternyata benar, berdasarkan hasil quick count lembaga survei, pasangan ini memenangkan pertarungan dengan meraup suara 33 %. Dua Pemilukada di kedua daerah dengan jumlah pemilih terbesar telah dimenangkan oleh PKS, cukup membuat seluruh kader dari pusat sampai daerah bernapas lega setelah diguncang badai Tsunami.

Inilah kondisi-kondisi menegangkan yang dialami PKS. Apakah PKS sudah keluar dari krisis? Apakah PKS siap memenangkan Pemilukada-Pemilukada selanjutnya? Dan apakah PKS mampu menjadi tiga besar pada Pemilu nasional 2014? Kita monitoring terus perkembangannya…

SEGARKAN MATA - 01:34

Friday, 8 March 2013

PKS Menang, Pemilik Media Besar Malu Hingga Membungkam Informasi

Friday, 8 March 2013


Beginilah jadinya ketika PKS (Partai Keadilan Sejahtera) memenangkan pertempuran dalam pertarungan politiknya di beberapa pilkada (Jabar-Sumut, red). Terasa sangat jelas ketidakproporsionalan beberapa media, bahkan sekelas media besar.

Sepertinya memang ada agenda para pemilik media besar untuk membungkam informasi kemenangan PKS. Dibeberapa media bahkan tidak ada sama sekali tema mengenai Pilkada Sumut, bisa dilihat di Jawa Post pada hari Jum'at tanggal 8 Maret 2013. Kita tidak menemukan berita didalamnya yang memberitakan kemenangan PKS di Sumut. Padahal pilkada Sumut dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2013 (kemarin).
Ada indikasi para media mencoba untuk memboikot berbagai informasi mengenai kemenangan PKS.

Dibeberapa TV yang memfokuskan diri untuk menyiarkan berita dan pemilu pun kita hampir tidak benar-benar melihat ulasan yang jelas mengenai kemenangan PKs di Sumut.

Media dipencundangi PKS, hingga PKS diboikot oleh berbagai media karena mereka (mungkin) malu memberitakan kemenangan PKS lantaran mereka sering memberitakan mengenai "detik-detik runtuhnya PKS", yang malah PKS tidak runtuh hingga semakin membesar dan memenangkan Pilkada di Jabar dan Sumut.

Dua kader inti PKS ditempatkan untuk menduduki posisi Gubernur, di Jabar dan Sumut. Hingga keduanya telah memenangkan pertarungan politik pada daerah masing-masing.

Sebelumnya mereka ramai-ramai memprediksi kehancuran PKS, media ramai mengundang para pengamat politik supaya didengar "wejangan dukun" politiknya, yang menggembar-gemborkan PKS akan hancur dan kalah, diawali dengan kekalahan di Pilgub Jabar.

Ternyata, para "dukun politik" itu masih belum mampu menerawang jauh mengenai PKS, mereka ternyata benar-benar masih belum mengenal PKS secara keseluruhan. Bahkan tak jarang para pengamat politik itu ternyata mengambil informasi melalui dukun terhandal didunia, Google.

Para pengamat politik mencari-cari celah untuk bisa menganalisa mengenai PKS, menganalisa kasus daging sapi, menganalisa ustad LHI, menganalisa Ahmad Fathanah. Semua dianalisa, hingga
akhirnya dihasilkan analisa bahwa berbagai kasus yang mendera PKS akan menjadi awal kehancuran PKS.

Media senang, ramai, bahkan tak jarang media rame-rame menyebut "Partai Korupsi Sapi", hingga pembawa acara berita (Metro TV) pun menyebut orang yang dihormati di PKS, Ustad LHI dengan sebutan Sapi.

PKS di bully media dengan berbagai kasus-kasus yang dideranya. Dikait-kaitkan dengan berbagai kasus hingga tak jarang difitnah oleh media.

Hingga akhirnya Allah Azzawajallah mendengar doa-doa kader PKS, mendengar permintaan tobat berjamaah. Dan mendengarkan doa-doa seluruh kader PKS yang merasa teraniayah oleh bullying era baru, yaitu media bul-bul.

Kita tidak akan menemukan berita PKS yang seintensif akan membahas kemenangan PKS oleh berbagai media. Karena media sudah tidak ingin lagi kecolongan, atas ulah petinggi PKS yang malah menjadi penyulut kobaran api besar.

Ibarat kampanye dan acara motivasi gratis, para media kaget dengan pemberitaan mereka terhadap PKS malah menyulut semangat para kader PKS dipelosok daerah. Media secara otomatis memberitakan kobaran api semangat yang terus membesar dari para kader-kader PKS.

Para media benar-benar kecolongan, media tidak ingin hal itu terjadi lagi. Dan beberapa media malu, malu, semalu-malunya karena ramalan para jago dukun politiknya SALAH TELAK!!! Hingga mereka meredam dan membungkam kemenangan demi kemenangan yang didapatkan oleh PKS karena tentunya hal ini bisa membuat semakin semangatnya kader PKS untuk terus berjuang memenangkan PKS.

Ibarat kemenangan perang, propaganda media yang mengabarkan kemenangan para tentara, bisa semakin menambah semangat juang dan tekat yang terus membara.

Walaupun begitu, meskipun media telah melakukan boikot berita terhadap PKS. Kader-kader PKS akan terus bekerja, mesin politik PKS akan terus bergerak, bahkan dengan semangat yang terus bergejolak tinggi untuk terus mendukung dan memenangkan PKS.

Ingatlah para kader PKS, Allah Azzawajallah telah berfirman: "yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS Al Fath 29)

Oleh: Abu Jaisy
http://www.suaranews.com/2013/03/pks-menang-pemilik-media-besar-malu.html

SEGARKAN MATA - 14:03

Thursday, 7 March 2013

“Double Winners” untuk PKS

Thursday, 7 March 2013

Lagi, kandidat Cagub-Cawagub dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan koalisinya memenangkan pemilihan Gubernur (Pilgub). Kurang dari dua pekan, setelah pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar menjadi jawara dalam Pilgub Jawa Barat, kini pasangan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi yang juga diusung PKS memenangkan Pilgub Sumatera Utara (Sumut) yang digelar pada Kamis, 07 Maret 2013.
Pasangan nomor 5 dalam Pilgub Sumut, Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi, dinyatakan menang dalam quick count (QC) dua lembaga survey, yakni Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Indobarometer yang disiarkan langsung oleh dua stasiun televisi nasional. berikut hasil QC dua lembaga survei tersebut :


No.
Nama Cagub-Cawagub
Hasil Quick Count
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) (%)
Indobarometer (%)
1
Gus Irawan -Soekirman
19.52
21,82
2
Effendi MS Simbolon-Jumiran Abdi
26.71
23,93
3
Chairuman Harahap-Fadly Nurzal
9.22
9.37
4
Amri Tambunan-RE Nainggolan
12.41
12,01
5
Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi
32.14
32,87


Bagi PKS, kemenangan dua Pilgub tersebut ibarat “Double Winners” dari sebuah pertarungan politik yang keras pasca ditetapkannya Presiden PKS sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pilgub Jawa Barat adalah pertarungan politik paling krusial bagi PKS. Kemenangan di Jawa Barat, berhasil menaikan moral seluruh kader PKS untuk memenangkan pertarungan politik lainnya, termasuk Pilgub Sumut. Dua kemenangan Pilgub tersebut, membalikan keadaan posisi PKS, dari zona killing ground ke posisi yang lebih mantap untuk menyongsong Pilgub lainnya dan pemilihan umum tahun 2014.

Tanpa mengecilkan partai pendukung lainnya, kemenangan Pilgub di Jabar dan Sumut, buah dari konsolidasi cepat PKS dibawah kepemimpinan Presiden PKS yang baru, Anis Matta. “Soekarno Kecil” berhasil meng-eliminir kasus LHI dan  berhasil membangkitkan kembali “Ghiroh” Kader PKS.

Sesudah Pilgub Jabar dan Sumut, 12 provinsi lainnya akan menyusul menggelar Pilgub pada tahun ini. Provinsi tersebut adalah Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim), Sumatera Selatan (Sumsel), Riau, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Timur (Kaltim), Maluku, Maluku Utara (Malut), dan Papua.

Yang terdekat adalah Pilgub di Jateng. Bisakah PKS melakukan “Hattrick” dengan memenangkan Pilkada Jawa Tengah? Memang agak berat lawan yang dihadapinya, yakni Gubernur Petahana Bibit Waluyo yang diusung Partai Golkar, Partai Demokrat dan PAN.  Lawan kuat lainnya adalah Calon dari PDI- P, yakni Ganjar Pranowo. Dalam Pilgub Jateng, PKS bersama lima partai politik lainnya yaitu  PKB, PPP, Gerindra, Hanura, dan PKNU mengusung Sekda Pemprov Jateng, Hadi Prabowo. Pasangan Hadi adalah Bupati Sumedang, Don Murdono. Seperti kita ketahui, Jateng merupakan basis terbesar PDIP di pulau Jawa. PDIP pasti akan all out mempertahankan basis tradisionalnya di Pulau Jawa tersebut.

Namun, jika gagal di Jateng, PKS dan koalisinya masih punya peluang besar menang kembali di Pilgub Provisnsi NTB, Kaltim, Jatim, Sumsel, Malut, dan Riau. Dari 15 Pilgub yang diselenggarakan tahun 2013, setengahnya berpeluang dimenangkan oleh PKS dan koalisinya. Kita lihat saja nanti. Walaupun saya bukan anggota PKS, saya ucapkan selamat berjuang meraih kemenangan selanjutnya.

Muhammad Ridwan

SEGARKAN MATA - 10:17

Tuesday, 5 March 2013

PKS Kembali Mengancam

Tuesday, 5 March 2013

Anwar Muhammad/Kompasiana

Ancaman ini mungkin diluar prediksi banyak orang atau pengamat, yang menganggap bahwa PKS tidak punya BIG BOSS, atau plutocrat behind d scene, seperti ARB, JK, dll di Golkar, SP & HT di NasDem, Konglomerat dibalik PDIP, Demokrat, dst. Dengan demikian, implikasi anggapan ini adalah PKS miskin, minim dana, bangkrut, gak mungkin iklan macam2, dsb. Hal tersebut tidaklah mengherankan, sebab dari mula kejadiannya (1998), orang kebanyakan terus saja mempertanyakan, siapa BOS PKS. Kita mungkin masih ingat bagaimana PKS dikait-kaitkan dengan Keluarga Cendana, bahkan lebih seramnya, PKS disebut sebagai partai bentukan cendana yang disusupkan dalam gelombang reformasi. Tuduhan ini menurut saya sebenarnya hanyalah pemenuhan syahwat keingin-tahuan banyak orang akan supplier dana kegiatan2 PKS dalam berpartai. Bukankah telah menjadi jamak di negeri kita bahwa orang ber-uang akan membuat atau menguasai partai guna mendapatkan tahta, pengaruh, otoritas, hingga pundi2 anyar?? Utilitarian.

Lantas, darimana PKS mendapatkan dana operasional?? Sampai kapan partai ini akan bertahan hidup?? Mengapa SOKONGAN PENDANAAN untuk PKS menjadi ancaman bagi partai atau gerombolan lain??

Disinilah anehnya PKS. Coba amati premis-premis berikut.

Pertama, partai ini bukan milik FIGUR atau sekelompok kecil orang. PKS adalah milik banyak orang, atau dalam istilah mereka “JAMA’AH” atau “UMMAH”. Ustadz Yusuf Mansur pernah menjelaskan bahwa DANA bukan persoalan yang berat jika dipikulkan kebanyak orang, ‘alaikum biljama’ah. Uang 20.000 sangat kecil, habis sekali makan, kadang gak sempat pesan es teh pula. Tapi jika ente; masih menurut beliau, bersama2 mengumpulkannya, atau setidaknya dihimpun dari paling sedikit 1 juta orang yg meng-klik like setiap status FB saya, maka banyak yg bisa kita lakukan.

Ada rekan yg sejak dulu saya kenal PKS banget, menyampaikan bahwa jumlah KADER PKS saat ini paling sedikit 1,5 juta orang. Kader yg beliau maksud adalah kader utama atau inti. Kader Utama ini setiap bulan mempunyai utang paling kecil 4% dari penghasilannya. Utang itupun bersifat progresif, semakin banyak penghasilan, semakin besar per-senan yang ditagih. Jadi, dengan hanya menggunakan kalkulator cabai, tak perlu F3000, kita dapat mengkalkulasi berapa dana yang terkumpul setiap bulannya. Hitungan sederhananya adalah:

Jumlah Kader Utama = 1.500.000 orang
Penghasilan rata2 min = 2.000.000 /orang/bulan
Potongan min 4% = 0.04×1.500.000×2.000.000= 120.000.000.000 rupiah/bulan
Lancar 75% saja = 90.000.000.000 rupiah/bulan
Angka ini belum termasuk (masih kata beliau) dana-dana lain semisal :

Potongan rata-rata 50% gaji anggota legislatif dan eksekutif
Sumbangan rutin dari kader-kader pendukung yang jumlahnya jauh lebih banyak dari kader utama
Todongan atau pungutan insidentil dari kader untuk membantu kegiatan2 sporadis, misalnya beli door prize, makanan berat, dll.
Sumbangan dari lembaga2 profitable milik kader dan simpatisan PKS. Seingat saya, dulu (awal tahun 90-an), ada lembaga bimbel milik kader PKS (sekarang beliau jadi Gubernur) yang kerjanya beli sepeda motor untuk dipakai ustadz-ustadz berceramah diberbagai pelosok. Hmmmm, partai apaan ini.
So, bayangkan saja kekuatan jama’ah itu. Kata sederhananya begini. Kalau partai lain akan semakin kehabisan dana (kecuali itu tadi, mencari imbal balik rate of return dari kekuasaan yg telah diraih via abuse of power, atau pungutan liar bagi siapa saja yg berniat nyaleg atau mau jadi gubenur, bupati, dll) karena membiayai partai yg high-cost. Semakin besar partai, semakin tinggi biaya kelolanya. Sementara kebalikan bagi PKS, semakin banyak kader, semakin besar income partai.

Pesan saya bagi pesaing PKS, anda cukup membangun opini kejelekan PKS hingga ditinggalkan kader2nya, atau setidaknya tak mendapat suplai kader baru. Kalau anda tidak mampu, siap-siap saja dilindas PKS.

Kedua, ada slogan atau katakanlah prinsip yang dipegang teguh kader2 PKS. Saya kurang ingat istilah mereka, tetapi maknanya kira2 begini; “Dana perjuangan kami adalah dari kantong-kantong kami”. Semangat berinfaq, membelanjakan harta dijalan yg mereka yakini ini, sama hebatnya dengan menolong korban banjir, gempa, hingga donor darah sekalipun. Jihad, kata mereka. Prinsip ini sesungguhnya lebih berbahaya dari yang pertama. Bukankah kita menyaksikan, betapa banyak orang yang berpunya, namun mereka enggan mengeluarkan harta untuk perjuangan menegakkan (nilai) agama. Prinsip yg umum dianut yaaa “banyak uang keluar, mesti lebih banyak uang yang diterima kembali”.

Jadi, semangat menghidupi organisasi/partai (infaq) dengan uang pribadi ini merupakan prinsip yang paling aneh dan mengancam dari kader PKS. Dulu, cuma Muhammadiyah yang memilikinya, sebagaimana pesan KH. Ahmad Dahlan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari Hidup di Muhammadiyah”. Spirit ini amat mendoktrin saya secara pribadi, bukan hanya karena didikan sekolah Muhammadiyah, tetapi agama kita memang mengajarkan untuk banyak MEMBERI, bukan menerima. Jadinya, orang2 PKS itu MUHAMMADIYAH banget, hehe. Saya kurang tahu, apakah Pak Hatta Rajasa dengan PAN-nya juga menganut semboyan ini. Kalau iya, syukurlah. Tapi kalau tidak, orang2 Muhammadiyah seperti saya, mungkin bisa terseret PKS, hehe. Saya kemudian berani mengatakan bahwa umur PKS amat tergantung dari spirit ini.

Ketiga, efisiensi. Sokongan pendanaan akan menjadi potensi besar yang amat menakutkan, apabila memenuhi 3 faktor, ada sumber yang kalkulatif, jumlah yang konsisten dan stabil, dan efisien dalam penggunaan. Efisien tidak berarti bakhil, tetapi tepat sasaran dan mendapatkan efek lebih membahana. Dalam ajaran agama, kita telah memahami bahwa terkait dengan HARTA, pertanyaannya ada 2, dari mana didapatkan, dan kemana dibelanjakan. Faktor lain yang menentukan efisiensi adalah kemampuan manajerial dan skala prioritas. Nah, bagi kader-kader dan pemimpin PKS yang kebanyakan diisi oleh orang2 kuliahan, saya menganggap persoalan ini bukanlah hal yang rumit. Tidak hanya karena mereka paham, tetapi nilai2 agama yang mereka anut dengan sendirinya member bingkai kerja yang jelas. Jangankan disalah-gunakan, berlebihan saja sudah dilarang nilai2 agama, so inefficient is inept. Apakah partai atau gerombolan lain memahami dan melaksanakan ini?? Paling-paling aji mumpung.

Kesimpulannya,, PKS lagi-lagi mengancam.

Wallahu a’lam bis-shawwab.

SEGARKAN MATA - 20:37

Sunday, 3 March 2013

Fenomena Raksasa dalam ajaran Yahudi

Sunday, 3 March 2013

 ISU seputar nefilim atau refaim (sejenis manusia raksasa) menjadi perbincangan hangat di kalangan para pengkaji kepurbakalaan. Beberapa kalangan sangat sulit mencari keabsahan mengenai keberadaannya. Pencarian ini bisa melibatkan pakar arkeologi, biologi, hingga teologi.

Beberapa kalangan melihat isu nefilim hanya sekedar berita sensasional, cenderung HOAX, menjurus dongeng, dan tidak bisa dibuktikan. Namun para teolog Yahudi dan Kristen meyakini bahwa keberadaan nefilim dijamin dalam bible.


Nefilim Dalam Bible

Kalau kita mengacu kepada perjanjian lama dan legenda-legenda lainnya dikatakan bahwa nefilim tidak lain adalah ras orang-orang raksasa dan orang-orang gagah perkasa yang melakukan perbuatan amat jahat. Ukuran dan kekuatan mereka yang besar kemungkinan datang dari campuran “DNA” setan dengan gen manusia. Apa yang bible katakan mengenai mereka hanyalah bahwa mereka adalah “orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan” (Kejadian 6:4). Nefilim bukanlah makhluk-makhluk angkasa luar, mereka adalah makhluk yang nyata, secara fisik berasal dari hasil persetubuhan antara anak-anak Allah dan anak-anak perempuan manusia (Kejadian 6:1-4).

Selanjutnya kontroversi Nefilim berlanjut ketika sikap onar makhluk ini digadang-gadangkan memiliki peran yang menurunkan banjir dahsyat pada masa Nabi Nuh. Dalam bible kita bisa merujuk kisah Nefilim ini pada kitab kejadian 6 ayat 5-7.
“Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah Tuhan: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka”
Apakah Nefilim dapat bertahan? Justru dalam bible, Nefilim termasuk kepada bagian yang ikut tersapu oleh banjir. “Kemudian Allah mendatangkan banjir ke seluruh bumi, mematikan semua orang dan segala sesuatu (termasuk Nefilim) selain dari Nuh dan keluarganya dan binatang-binatang dalam bahtera” (Kejadian 6:11-22).

Penjelasan Al Qur’an Tentang Banjir Zaman Nabi Nuh

Namun bagaimanakah kita sebagai umat Islam menyikapinya? Kita ketahui bersama bahwa Perjanjian lama dan Perjanjian Baru yang beredar pada saat ini sudah tak dapat terbukti keotentikannya. Injil sudah mengalami penyimpangan dari hakikat aselinya. Sebagai umat Islam, dalam melihat persoalan ini kita bisa merujuk kepada Al Qur’an, sebagai kitab petunjuk bagi umat Islam yang terbukti keshahihannya. Al Qur’an menjelaskan fenomena banjir besar yang melanda umat Nabi Nuh dalam beberapa surat seperti tertera pada surat Al Ankabut, Surat Huud dan Surat Al Qomar.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al- Ankabut: 14)
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung, dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat jauh terpencil : “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”. Nuh berkata : “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya ; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS. Hud: 42-43)
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah .. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas(bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (QS. Al-Qamar: 11-13)
Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Dzhilalil Qur’an Jilid 12, ketika menceritakan kisah Nabi Nuh tidak menyebut tentang keberadaan nefilim atau makhluk serupa. Sayyid Quthb juga menyatakan tidak ada orang yang tersisa setelah banjir itu selain 12 orang pengikut Nabi Nuh hasil dari 950 tahun Nabi Nuh berdakwah. Penjelasan ini mengacu kepada surat Huud ayat 48:
Difirmankan: “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu’min) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.”

Serupa dengan Sayyid Quthb, Ibnu katsir juga tidak merinci akan adanya makhkuk tersisa sesaat setelah banjir. Baik itu berwujud raksasa seperti nefilim atau tidak. Dalam Tafsir Ibnu Kastsir Volume 6 halaman 113, Ibnu Katsir menyatakan bahwa Allah menenggelamkan mereka seluruhhnya dan tidak menyisakan satu anak Adam pun dimuka bumi kecuali orang-orang yang ikut kapal saja. Hal ini sebagaimana termaktub pada surat Huud ayat 40,
Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit”
Adakah Nefilim Benar Ada?

Sedangkan apakah ada makhluk seperti nefilim yang memiliki wujud setengah manusia dan setengah iblis? Tentu kita bisa merujuk kepada kitab suci agama kita. Nama Iblis dalam Al Qur’an tersebar dalam beberapa ayat dan surat. Menurut Al Qur’an, dikatakan bahwa Iblis adalah salah satu dari golongan jin yang ingkar terhadap perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam AS. Hal tersebut sebagaimana dimaksud firman Allah pada surat Al Kahfi ayat 50, “dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka kecuali ilblis. Dia adalah golongan jin, maka ia mendurhakai perintah tuhannya…”
Sedangkan perihal kesombongan sifat iblis, secara seksama kita bisa membaca pada Surat Al A’raf ayat 12: “Allah berfirman:”apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Nabi Adam as) diwaktu aku menyuruhmu?” ilbis menjawab:”aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Dari sini kita bisa melihat bahwa tidak ada Iblis dari golongan manusia, maupun sebaliknya. Karena Iblis tercipta dari api, sedangkan manusia terbuat dari unsure tanah. Lalu bagaimana dengan Surat Al An’am ayat 112 yang berbunyi:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”

Ayat ini tidak bermaksud mengatakan bahwa ada pencampuran genetis antara Iblis dan manusia. Ayat ini lebih mengacu pada penjelasan bahwa ada manusia yang memiliki sifat-sifat seperti iblis, yang menjauhkan manusia dari keimanan serta merongrong manusia di jalan kekafiran.

Jadi, dengan mengacu kepada serangkaian penjelasan di dalam Al Qur’an, seharusnya kita tidak mudah percaya jika mendengar kisah-kisah tentang makhluk seperti nefilim dari otoritas kitab suci yang sudah expired. Sebagai umat muslim tentu kita memiliki cara pandang sendiri agar kita selamat di dunia maupun di akhirat. (Pz/Islampos)

SEGARKAN MATA - 04:49

Monday, 25 February 2013

CIA, PKI dan PKS

Monday, 25 February 2013

Tatiek UmmuAfra
Keterlibatan Agen Intelijen Amerika (CIA), dalam keruntuhan sebuah partai besar di Indonesia, bukanlah kisah mengada-ada. Dalam kasus PKI (Partai Komunis Indonesia), John Roosa dalam bukunya Dalih Pembunuhan Massal (terbit 2008) membuktikan keterlibatan tersebut secara ilmiah. Pada bab VI buku yang edisi Inggrisnya diterbitkan The University of Wisconsin Press, Madison, USA (2006) itu, terurai bagaimana keterlibatan Amerika Serikat (CIA) hingga berujung pada kehancuran partai berlambang palu arit. Dari pembukaan bab VI itu saja telah terbayang peranan Amerika Serikat di sana. Di pucuk bab itu diletakkan kutipan pernyataan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Howard P. Jones (HPJ), pada 10 Maret 1965.Apa katanya?


”Dari sudut pandangan kami, sudah barang tentu, percobaan kup yang gagal oleh PKI boleh jadi merupakan perkembangan yang paling efektif untuk memulai pembalikan arah kecenderungan politik di Indonesia.” Demikian Howard Jones berkata.

Dihubungkan dengan kenyataan yang kemudian menjadi fakta sejarah, pendapat HPJ itu langsung terlihat relevansinya. Meskipun, dalam uraian lengkap Roosa di bab 6 itu terungkap, bahwa tidak mudah juga bagi Amerika untuk mendorong terjadinya apa yang mereka harapkan. Bagaimanakah membuat PKI mau melancarkan aksi yang diharapkan Amerika? Bukankah PKI berada di posisi yang sangat baik, buah dari taktik kerjasamanya dengan Sukarno? Di sisi lain, posisi Sukarno pun tidak bisa diserang. Dalam laporan diplomat berpengalaman Ellsworth Bunker kepada Presiden Johnson pada April 1965 tertulis,“Tidak perlu disangsikan kesetiaan rakyat Indonesia kepada Sukarno.” Bangsa Indonesia, lanjut Bunker, “Dalam jumlah yang besar mengharapkan kepemimpinan darinya, mempercayai kepemimpinannya, dan bersedia mengikutinya. Tak ada kekuatan di tanah air yang bisa menyerangnya, tidak pula ada bukti bahwa suatu kelompok penting ingin berbuat demikian.”

Di sinilah kelihaian intelijen menemukan momentum ujiannya. Untuk mencapai apa yang diinginkan Amerika, CIA melancarkan operasi-operasi rahasia yang mendorong PKI berfikir bahwa partai dan Bung Karno dalam keadaan bahaya. Beberapa dari “operasi-operasi black letter [surat kaleng]” dan “operasi-operasi media” CIA dirancang untuk meyakinkan pimpinan PKI, bahwa jenderal-jenderal Angkatan Darat dan Amerika Serikat adalah anjing-anjing gila yang sangat menginginkan kup/kudeta.

Di sisi lain, Bunker menyarankan pula, agar AS menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi elemen-elemen kekuatan potensial untuk menang dalam konfrontasi. Pemerintah AS pun kemudian menjadi sangat berharap terjadinya bentrokan antara Angkatan Darat dengan PKI. AS meyakinkan Angkatan Darat bahwa Amerika Serikat akan mendukung mereka jika mereka bergerak melawan PKI.

Meski kemudian AS dibayang-bayangi keraguan akan sukses dengan isu kudeta para Jenderal, kenyataannya PKI dalam hal ini DN Aidit dan Syam Kamaruzzaman, menyambar umpan yang dipancingkan Amerika. Mereka percaya dengan isu itu. Terjadilah penculikan para jenderal. Akibatnya fatal bagi PKI. Tak lama sesudah operasi yang terkenal dengan nama G 30 S, partai komunis terbesar ketiga di dunia saat itu, hancur dan tak pernah dibiarkan hidup kembali di negeri ini. Amerika dengan kapitalismenya pun keluar sebagai pemenang dalam perebutan pengaruh ideologis melawan komunisme di Indonesia, hingga saat ini.

Sebagai sebuah karya yang dihasilkan dari metode ilmiah, apa yang disampaikan Roosa itu tentu sulit untuk dikatakan oleh orang Indonesia saat ini sebagai mengarang-ngarang atau mereka-reka. Namun, di masa dokumen-dokumen Amerika yang menjadi objek penelitian Rossa masih bersifat rahasia (tahun 60-an sampai 80-an), dan karena itu belum diungkap ke publik, anggapan yang berlaku di masyarakat Indonesia saat itu pastilah sebaliknya. Saat itu, analisis yang menyatakan adanya keterlibatan intelijen dalam keruntuhan PKI, tentu dianggap hanya suatu teori konspirasi belaka, yang sulit memberikan bukti.

Tetapi mulai tahun 90-an, ketika dokumen itu resmi menjadi konsumsi publik, anggapan itu pun mau tidak mau harus berubah. Apa yang disebut-sebut hanya sebagai teori konspirasi ternyata faktual adanya. Pelajaran dari hal ini adalah: Suatu anggapan yang dinilai sebagai teori konspirasi belaka pada suatu masa, boleh jadi merupakan suatu fakta yang dapat dilihat kesahihannya beberapa dasawarsa ke depan.

Bertolak dari pelajaran atau hikmah tersebut, adalah menarik apa yang disampaikan Anis Matta dalam orasi politik perdananya setelah diangkat sebagai presiden PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Dari berbagai poin yang ia sampaikan, yang relevan di sini adalah pernyataan bahwa ada konspirasi besar untuk menghancurkan PKS.

Ketika ditanya berbagai pihak, siapakah para konspirator itu? (Termasuk dalam pertanyaan ini tentunya: dari dalam negeri atau luar negerikah konspirator itu?). Anis Matta menjawab diplomatis, bahwa ia merasa tidak relevan untuk mengungkapkan apalagi membuktikannya. Anis seolah hendak mengatakan bahwa biarlah PKS saja yang merasakannya, karena sifat konspirasi memang tidak kasat mata namun terasa adanya.

Akan tetapi, jika kisah penghancuran PKI di atas menjadi pembanding, kiranya patut dipertimbangkan publik, kemungkinan pihak asing (baca:Amerika) punya andil dalam prahara PKS. Dan sekiranya memang demikian yang terjadi, prahara PKS sejatinya bukan musibah bagi PKS semata. Bukan pula hanya bagi perpolitikan Indonesia (sebagaimana judul dialog Indonesia Lawyer Club dalam salah satu edisinya: Prahara PKS, Prahara Politik). Tapi ini menyangkut musibah bagi kedaulatan dan harga diri bangsa. Tidakkah nasionalisme bangsa ini terusik, ketika dalam urusan dalam negerinya bangsa lain ikut cawe-cawe?

Kerangka teoritik untuk pertimbangan itu sebenarnya telah lama tersedia, dan semakin hari semakin terlihat relevansinya. Adalah Samuel Huntington, seorang Guru Besar Ilmu Politik asal Amerika yang mengabarkan dunia, bahwa pasca perang dingin di panggung global akan berlangsung clash civilization, benturan peradaban. Kemajuan ekonomi China, reaksi Amerika pasca tragedi 11 September 2001 (termasuk pembentukan Densus 88 di Indonesia), dan Arab Spring, adalah fenomena-fenomena yang kemudian tampak, usai Huntington menyampaikan teorinya di dekade akhir abad 20. Benturan peradaban yang dimaksud Huntington tak lain adalah antara Barat dan Timur. Timur dalam hal ini adalah Islam dan Konfusianisme.

Kerangka teori itu, bagi PKS jelas ada relevansinya. PKS adalah partai Islam terbesar di negeri berpenduduk Islam terbesar di dunia. Apakah ia tidak layak karenanya diperhitungkan, dalam konstelasi clash civilization a la Huntington itu?

Dalam konteks perbenturan ideologi di masa lalu, yang sangat diperhitungkan Barat dari Indonesia adalah PKI. Dalam konteks perbenturan peradaban saat ini, yang wajar bila ia diperhitungkan, adalah PKS! Dalam sejarah, PKI hancur sehancur-hancurnya. Dalam masa penantian, apakah PKS akan habis?

Dengarlah pesan Anis Matta dalam sebuah perhelatan partainya di Bandung. Ia mengutip Aku-nya Chairil Anwar: Luka dan bisa kubawa berlari. Berlari. Hingga hilang pedih perih Aku ingin hidup seribu tahun lagi…..

30 tahun lagi, konspirasi besar yang dinyatakan Anis Matta, terbuka untuk diuji dan dibuktikan di perpustakaan Amerika. Di sana akan ditemukan jawaban atas persoalan: Apakah Amerika memang memiliki keterlibatan atau tidak dalam prahara PKS tahun 2013, dan bagaimana modus operandinya. Apakah PKS saat itu tetap eksis dan telah menjadi the ruling party ? Waktulah yang akan menjawabnya. Yang pasti, sekali lagi, keterlibatan Agen Intelijen Amerika (CIA) dalam keruntuhan sebuah partai besar di Indonesia, bukanlah kisah mengada-ada.

SEGARKAN MATA - 11:01